Senin, 09 Juni 2025

Sebuah Perjalanan Menuju Kata

Writing Journey

Aku memilih perjalanan ini bukan karena yakin, tapi karena ingin berjalan. Langkahku berayun di atas padang rumput luas – tempat segala pikiranku dihamparkan, tempat cakrawala dan tanah saling menatap tanpa batas, tanpa jalan bercabang, tanpa gedung pencakar langit yang mengintimidasi pandangan.

Padang rumput…

Ia tidak menawarkan arah, hanya ruang. Selaras dengan cakrawala yang sama namun tak serupa – luas, tenang, namun tak bisa kupijak. Aku tidak akan menyimpan cakrawala sebagai pilihanku untuk mencari jati diri. Cakrawala terlalu tinggi untuk kujejaki, penuh misteri dan terlalu penuh badai untuk kusebut rumah.

Maka aku tetap di sini, di bawah langit yang sama, di atas tanah yang membawaku berpikir, serta mengirup satu udara yang sama untuk menjemput pilihan-pilihan yang tersebar. Aku memungut satu pilihan yang terbawa angin, kemudian yang lain, dan terus bertambah, hingga hidupku menjelma taman keputusan yang bergairah.

Lucu rasanya menggambarkan perjalanan hidupku seperti ini. Aku tak pernah punya satu mimpi yang konstan. Dulu, aku hanya jatuh cinta pada satu lirik lagu – dan dari sanalah segalanya bermula. Terlalu biasa untuk dijadikan sumber inspiratif. Bertemu frasa setiap harinya seperti meromantisasi hidupku. Betapa menyenangkannya menciptakan diksi, tanpa harus menjelaskan siapa diriku. Bahasa menjadi jembatan rahasia antara aku dan aku yang tersembunyi.

Menginjak wilayah yang lebih luas, dunia kejam yang tak pernah menoleransi celah ketika aku beranjak dewasa, aku semakin tekun dan terikat didalamnya. Semakin dewasa, semakin aku menyadari: dunia tak lagi lapang seperti padang rumput. Namun di dunia yang tak memberi ruang itu, aku malah menemukan pelukan hangat lewat hamparan diksi selayaknya rerumputan di padang rumput. Jauh dari latar belakangku yang penuh logika pernah menjadi bagian dari napasku – terstruktur, dan kontradiksi dengan simpati. Tapi aku memilih untuk mengendapkan sisi lain itu dariku.

Satu dari sekian jiwaku mengatakan, aku tidak akan suka bertemu bahasa kode-kode yang tak bisa kupahami tapi satu sisi jiwaku yang lainnya mengatakan aku cukup menikmatinya. Meski begitu, aktu tahu sisi itu masih ada dan aku tidak pernah bisa menyingkirkan apa yang sudah aku pelajari sebelumnya. Mungkin suatu hari nanti sisi itu akan membantuku membaca dunia lebih bijak.

Arah merangkai kata adalah arah yang paling membuatku merasa nyaman, tenang, dan senang. Aku berharap perjalanan sebagai seorang yang berkelimut dalam samudra diksi ini akan terus melekat dan mungkin bisa menjadi pembuka jalan kesuksesan yang aku harapkan. Tempat di mana aku merasa paling manusia, paling damai, dan paling bebas.

Mengikuti arus bukan berarti aku terombang-ambing tanpa pegangan. Kembali lagi di dunia ini, penuh hal yang saling bersinggungan. Bahkan riak kecil punya tujuannya sendiri. Saat ini, bisa jadi aku tidak dapat melihat cahaya sebesar bulan. Tapi percikan dari korek api kecil sudah cukup untuk menuntunku menuju terang yang lebih besar.

Dan pada akhirnya, satu hal yang ingin aku sampaikan, perjalanan dari satu ruang yang disebut mimpi akan kembali ke rumahnya masing-masing.

Dan rumah itu –
mungkin,
adalah kata.
adalah aku.


0 Comments:

Posting Komentar